Telefilm – III
The threat was not yet over for Vrindavan as Kamsa, blind in rage kept sending his ultimate battalion of demons in the shape of poisonous Aghasura, dreadful Vatsasura, wicked Vyomasura and the cruel Dhenukasura to get rid of Little Krishna, but they all had to face defeat against his the gallant valor. In over powering Brahma’s pride, Little Krishna finally displayed himself as the reincarnation of Lord Vishnu, the controller of the entire universe.
Link Original
Tag Archives: temple
MONJES BUDISTAS – CANTOS, RECITATIVO Y MANTRAS- BUDDHIST MONKS – SONGS, AND MANTRAS RECITATIVE
El canto budista se clasifica en tres géneros: Yeombul (invocación), Hwacheong y Beompae. El Yeombul, tipo sutra, se conoce como anchaebi-sori, que quiere decir literalmente “canto de recinto” y el Beompae, bakkachaebi-sori, que significa “canto de exterior”. El sutra está basado en un estilo silábico y esta generalmente acompañado por un gong de madera. Los sutras son entonados en los servicios religiosos diarios, pero no por músicos especializados sino por monjes que viven en el templo en donde el ritual se lleva cabo, de ahí el término canto de recinto o interior. Beompae es melismático y es cantado en ritos especiales solamente por músicos budistas entrenados. Hwacheong es el canto que usa la lengua vernácula coreana con el fin de propagar efectivamente las enseñanzas de Buda.
El canto budista ha tenido una considerable influencia en otros géneros de música. Por ejemplo, la técnica vocal de Gagok se asemeja a beompae en algunos aspectos. Yeongsanhoesang fue originalmente una música vocal budista que se convirtió en una gran suite instrumental, la cual es interpretada en varias versiones diferentes.
Cantos interpretados en la Gira por la Paz Mundial de los lamas procedentes del Tibet durante su visita a España
The Buddhist chant is classified into three genres: Yeombul ( invocation ) , and Beompae Hwacheong . The Yeombul , sutra type , known as anchaebi – sori , which literally means ” singing grounds ” and Beompae , bakkachaebi – sori , meaning ” outer edge ” . The sutra is based on a syllabic style and is usually accompanied by a wooden gong . The sutras are chanted daily in religious services , but not for specialized musicians but by monks living in the temple where the ritual takes place , hence the term enclosure or inside edge . Beompae is melismatic and is sung in special rites only by Buddhist musicians trained . Hwacheong is singing using Korean vernacular in order to effectively spread the teachings of Buddha.
The Buddhist chant has had considerable influence on other genres of music. For example, vocal technique beompae Gagok resembles in some respects. Yeongsanhoesang was originally a Buddhist vocal music became a great instrumental suite , which is interpreted in several different versions .
Songs played in the World Peace Tour of lamas from Tibet during his visit to Spain
Link Original
Pemandangan Wisata Alam Kalibiru Jogjakarta
Di mana tepatnya lokasi Desa Wisata Kalibiru ini ?
Tempat wisata alam Kalibiru ini berlokasi di desa wisata Kalibiru,Hargowilis ,kokap, Kulonprogo. Sekitar 2 Km dari tempat wisata Waduk Sremo. Desa wisata ini terletak di Hargowilis Kokap Kulonprogo pada ketinggian 450 Mdpl dikawasan perbukitan Menoreh.
Apa saja yang menarik di wisata alam kalibiru ini ?
Spot Foto Yang Hit di Kalibiru
Ada yang menarik di tempat wisata ini,selain tempatnya yang termasuk dataran tinggi yaitu spot foto yang berada di rumah pohon dengan latar belakang pemandangan Waduk Sremo. Dibantu oleh fotografer dan pemandu foto yang siap mengabadikan foto di ketinggian ini.
Terdapat tempat penginapan / pavilliun : Rp. 300.000,- per 24 jam (maks.10 orang)
Berapa tiket masuk dan tiket spot foto di Kalibiru ini ?
Untuk tiket masuk tempat wisata per orang Rp. 10.000
Tiket Parkir Mobil : Rp. 5000,-
Tiket Parkir Motor : Rp. 2000,-
Harga tiket spot foto :
Spot High Rope Game (HRG) : Rp. 35.000,-
Spot Foto Panggung : Rp. 15.000,-
Spot Foto 1 : Rp. 15.000,-
Spot Foto Bundar/Tampir : Rp. 15.000,-
Spot foto 2 : Rp. 10.000,-
Spot foto 3 : Rp. 10.000,-
Kapan waktu buka desa wisata Kalibiru?
Buka setiap hari, mulai pukul : 06.00 – 17.00 WIB.
Khusus Untuk High Rope Games hari senin libur
Bagaimana cara menuju lokasi?
Dari kota Yogyakarta menuju arah kota wates ikuti rute menuju ke pemandian clereng,setelah sampai di pemandian clereng menuju ke utara sekitar 100 mtr melewati pasar clereng dan jembatan lalu belok ke kiri ikuti penunjuk jalan menuju arah Kalibiru.
Dari kota Purworejo ikuti arah menuju waduk sremo, setelah sampai di waduk sremo ada penunjuk jalan menuju arah kalibiru. Tinggal ikuti penunjuk jalan kurang lebih sekitar 2km dari waduk sremo.
Apa saja fasilitas yang ada di objek wisata Kalibiru?
Toilet , retribusi Rp.2000,-
Mushola
Penginapan per rumah Rp. 300.000,-/24 jam (maks. 10 orang)
Warung Makan
Ojek motor menuju lokasi wisata dari tempat parkir mobil ( Rp.5000/orang)
Lokasi Outbond
Jalur Tracking
Flying fox
Tips berwisata di Kalibiru :
Pastikan kendaaraan anda dalam kondisi yang fit. Dikarenakan lokasi wisata kalibiru ini terletak di pegunungan yang jalur jalannya menanjak.
Jangan memakai sepatu high heels, agar lebih nyaman sebaiknya memakai sepatu flat atau sport,karena dari tempat parkir menuju lokasi jalannya menanjak dan banyak jalur tracking.
Pastikan handphone atau kamera dalam kondisi full baterai, karena banyak spot foto yang menarik untuk diabadikan.
